Pertanyaan ke-53:
Kalau saya dapat membuktikan kepadamu dan meyakinkanmu, bahwa Kitab Sucimu sebenarnya tidak berlaku lagi di hadapan Allah – Dia yang menciptakanmu dan menciptakanku, apakah anda pada akhirnya bisa menerima Islam sebagai agamamu demi kebaikanmu? (TR)
Jawaban: Kitab Suci itu ada dan sudah berabad-abad lamanya dibaca dan diterima oleh orang-orang yang tak terhitung banyaknya sebagai sebuah Kitab yang diinspirasi oleh Roh Allah. Tentang ini kami telah menguraikannya dalam bab pertama buku ini, dan bisa dibaca juga dalam homepage ini. Kitab Suci itu pada dasarnya adalah sebuah perpustakaan yang menyimpan tulisan-tulisan yang berkembang berabad-abad lamanya, diwarnai oleh situasi yang beraneka ragam, dan ditulis oleh para pengarang serta kelompok para pengarang dengan menggunakan genre sastra yang beraneka ragam pula. Tulisan-tulisan ini kemudian dikumpulkan dalam satu kitab. Pertama-tama dikumpulkan tulisan-tulisan yang memuat dokumentasi tentang sejarah dan pengalaman religius bangsa Yahudi, menyusul tulisan-tulisan yang sudah ada pada tahap paling awal sejarah Gereja kristen. Tentang validitas tulisan-tulisan ini tidak diragukan. Menyangkut keabsahan teks kitab-kitab biblis, generasi peneliti-peniliti kritis telah berusaha untuk mencari pendasaran yang memadai. Hasil penelitian-penelitian ini telah memenuhi rak-rak buku. Pertanyaan yang paling penting untukku, ialah bagaimana saya memberikan reaksi dan bersikap terhadap warta serta kabar gembira yang dimaklumkan oleh Kitab Suci. Orang-orang beriman Yahudi menginterpretasikan tulisan-tulisan Kitab Pertama (Perjanjian Lama) menurut caranya. Kami orang kristen membaca Kitab Pertama (Perjanjian Lama) ini dalam terang kehidupan dan ajaran Yesus – Dia yang kami akui sebagai Mesias dan Putra Allah yang benar. Berdasarkan pemahaman dan pengertian kristiani, pewahyuan diri Allah itu secara kronologis sudah terpenuhi secara definitip dalam Kitab Kedua (Perjanjian Baru), yang bersama-sama dengan Perjanjian Lama menjadi Kitab Suci orang kristen. Berdasarkan keyakinan yang kami anuti, bahwa Allah secara definitip mewahyukan diriNya dalam Yesus Kristus, atau dengan kata lain, bahwa dalam Diri Yesus Kristus Allah menjadi manusia, maka konsekuensi logis yang menyertainya, ialah berdasarkan iman kristiani tidak akan ada lagi pewahyuan diri Allah setelah Yesus Kristus. (Lihat dan bandingkan juga jawaban terhadap pertanyaan 39, 28 dan 47).
_________________________________________________________
Penerjemah: Prof. Dr. Polykarp Ulin Agan